Komitmen karyawan tentu sangat penting bagi kemajuan perusahaan. Perusahaan dengan karyawan-karyawan yang penuh komitmen akan menghasilkan hasil terbaik. Sayangnya, orang yang berkomitmen sudah jarang ada, bukan?
Anda mungkin mencoba untuk memastikan komitmen mereka dengan perjanjian tertulis, ancaman denda, bahkan sampai penahanan ijazah. Tapi tidak jarang pula, ada karyawan yang cuek dengan konsekuensi yang Anda pikir mereka takuti.
[shareable]Memiliki komitmen berarti tetap setia melakukan apa yang kita katakan akan lakukan walaupun mood sudah pudar[/shareable].
Dalam artikel singkat ini, mari kita belajar bersama tentang tiga komitmen yang Anda dan saya sebagai pemimpin bisnis perlu miliki agar kita bisa mengundang komitmen dari tim kita.
1. Komitmen Anda dalam proses rekrutmen
Komitmen karyawan dimulai dari komitmen Anda dalam proses rekrutmen.
Seperti halnya ‘berbelanja’, merekrut tim Anda adalah proses membeli anggota tim dari demikian banyak pilihan orang. Sebagaimana dengan berbelanja, merekrut pun sangat dipengaruhi oleh faktor emosional dan subjektifitas si perekrut itu sendiri.
Ambillah contoh seorang manager yang perlu secepatnya merekrut karyawan karena tingginya turn-over staff. Faktor emosional untuk ‘segera’ memiliki karyawan baru bisa membuat manager tersebut keliru dalam merekrut. Akibatnya, karyawan baru belum tentu cocok dengan kebutuhan atau budaya kerja sehingga akhirnya siklus turn-over yang tinggi kembali terulang.
Atau seorang pebisnis yang suka disanjung bisa jadi keliru dalam menilai tim yang tepat karena sudah terlanjur terbuai dengan jawaban-jawaban yang enak didengar dari kandidat yang sedang diinterviewnya.
merekrut (pun) sangat dipengaruhi oleh faktor emosional dan subjektifitas si perekrut itu sendiri
Dan tentunya Anda sudah bisa menebak: kesalahan kita dalam merekrut memperbesar kemungkinan dalam mendapatkan karyawan yang tidak komit.
[shareable cite=”Danny Wira Dharma”]Komitmen Anda dalam melakukan rekrutmen yang rutin (baca: terencana dan tidak hanya saat terdesak) dapat membantu Anda menemukan tim yang memiliki komitmen.[/shareable]
[button href=”http://bit.ly/3pMtL87″ primary=”true” centered=”false” newwindow=”true”]Download Artikel (4 hal pdf)[/button]
2. Komitmen Anda dalam kredibilitas
Ada orang yang berkata: “I am the type of person who stay committed as long as you do the same” (saya adalah tipe orang yang berkomitmen selama Anda juga berkomitmen).
Bagaimana menurut Anda dengan prinsip itu?
Bagi saya secara personal, komitmen yang “bergantung pada komitmen” orang lain adalah kekanak-kanakan.
Namun ini fakta yang perlu kita pahami bersama:
“Anda adalah seorang pemimpin sedangkan tim Anda bukan.”
Dengan kata lain, Anda dan saya dipanggil untuk memberikan teladan akan komitmen yang kita pernah buat. Itu adalah kredibilitas yang menjadi modal kita menarik komitmen karyawan terhadap perusahaan.
Sebagai contoh, kalau ada pengusaha yang belum siap/ pasti untuk memberikan fasilitas asuransi kesehatan – jangan angkat itu sebagai wacana kepada tim. Tim Anda, kecuali kalau mereka “bijaksana”, akan menilai apakah Anda layak diberikan komitmen dari keseriusan Anda mewujudkan janji tersebut.
Kebanyakan tim kita tidak akan berpikir panjang bilamana omzet perusahaan sedang turun. Fakta ini memang “menjengkelkan”, namun itulah yang membedakan Anda dari tim Anda: kedewasaan dan kredibilitas.
Pepatah Cina kuno mengatakan: “Jangan berjanji saat sedang senang, jangan mengambil keputusan saat sedang marah.” Banyak penyesalan terjadi bila kita melakukannya.
3. Komitmen dalam Pengembangan Diri
Dr John C Maxwell menuliskan Law of the Lid dalam buku best-selling 21 Irrefutable Laws of Leadership:
“kemampuan Anda memimpin menentukan efektifitas seseorang yang bekerja untuk Anda”
Dengan kata lain, kemampuan Anda untuk berkembang menentukan peningkatan kinerja tim Anda juga. Bila Anda bertanya kepada saya, apa yang menyebabkan tim Anda gagal atau tidak komit – maka saya akan menjawab: kepribadian Anda dan kepribadian saya.
[shareable cite=”Pepatah China Kuno”]Jangan berjanji saat sedang senang, jangan mengambil keputusan saat sedang marah[/shareable]
Andy Stanley penulis buku How to be Rich mengupas Law of the Lid dari Dr John Maxwell dengan sangat jelas. Ia mengatakan bahwa “lid” adalah bagaikan penutup tumbuhnya komitmen karyawan, dan “lid” adalah “kepribadian” sang pemimpin:
- Ada pemimpin yang cenderung sering lupa dengan komitmennya. Sebentar bilang A, sebentar bilang B, maka timnya akan belajar terkungkung dalam kebiasaan sang pemimpin. Jangan heran kalau timnya berkata: “nanti aja Pak, jangan diseriusin dulu, belum tentu si boss inget sama keinginannya”
- Ada pemimpin yang cenderung suka disanjung-sanjung, maka timnya beradaptasi bahwa komitmen yang perlu mereka berikan adalah ‘kemampuan untuk menjilat si boss’ dan ‘mengorbankan teman’.
- Ada pemimpin yang kepribadiannya selalu curiga dan hitung-hitungan pada tim, maka timnya belajar bahwa bekerja untuk bossnya adalah transaksi tukar waktu kerja dengan gaji semata.
Kepribadian Anda dan saya adalah area blindspot yang biasanya tidak kita sadari. Akan tetapi area inilah yang sangat menentukan komitmen dari karyawan Anda. Pemimpin yang mendapatkan komitmen dari timnya adalah orang-orang yang dengan serius memimpin diri mereka sendiri. Pemimpin bisnis seperti ini menyesuaikan “kecenderungan kepribadian mereka” dengan tujuan bisnis dan musim bisnis yang sedang mereka alami.
Pemimpin yang menolak untuk berkembang akan ditinggalkan oleh tim “bagus” yang melihat masa depan yang lambat (baca: suram) bersama pemimpin tersebut. Ini berbeda dengan perilaku “kutu loncat” – namun tim yang berkualitas paham bilamana pemimpinnya ada peluang untuk berubah menjadi pemimpin yang lebih baik, sehingga bisa membuat perusahaan berkembang hebat. Ataukah pemimpinnya stagnan dan perusahaan berpeluang menjadi usang dan tertinggal oleh kompetitor.
Salah satu cara mengembangkan diri Anda dan saya untuk memimpin lebih baik adalah dengan belajar kembali ilmu bisnis dan kepemimpinan. Ini bisa kita lakukan dengan membaca buku, mengikuti seminar, atau berpartipasi dalam sebuah komunitas bisnis. Metode apa pun yang Anda pilih, Anda akan lebih percaya diri dalam memimpin dan berbisnis.
Pada akhirnya, untuk karyawan kita bisa lebih berkomitmen, kita terlebih dahulu perlu lebih komitmen: dalam perekrutan, dalam kredibilitas dan dalam pengembangan diri. Seperti yang dikatakan oleh Jim Rohn: ‘For things to change, you have to change”.
Selamat berbisnis dan memimpin hari ini!
[callout]Catatan: Banyak pemimpin keliru membedakan Commitment dari Compliance. Kebanyakan mengatakan mereka ingin karyawan yang berkomitmen (commitment), walau sebenarnya mereka ingin karyawan yang penurut (compliance).[/callout]
[button href=”http://bit.ly/3pMtL87″ primary=”true” centered=”false” newwindow=”true”]Download Artikel (4 hal pdf)[/button]