Saat Karyawan Gagal, Tanyakan Ini
Apa yang sebaiknya dilakukan oleh seorang pemimpin saat karyawan gagal?
Banyak yang bisa dipilih:
- menyalahkan diri sendiri
- memarahi orang lain
- menyalahkan faktor eksternal,
- dan hal-hal lain yang bisa Anda tambahkan dalam daftar ini.
Sebenarnya, seorang karyawan gagal karena salah satu, atau kombinasi, dari tiga hal berikut:
Kepemimpinan kita yang buruk,
Misalnya: kita tergesa-gesa saat merekrut karyawan ini – sehingga merekrut orang yang tidak seharusnya direkrut. Atau, kita tidak memiliki goal yang jelas bagi karyawan tersebut, atau memiliki goal tapi tidak dikomunikasikan dengan jelas. Hal lain adalah bila ternyata kita:
- tidak mengambil waktu untuk melatih karyawan tersebut;
- tidak memberikan peralatan yang diperlukan; maupun
- tidak menangani konflik tidak sehat antar karyawan.
Masalah pribadi sang karyawan,
Masalah pribadi seperti gejolak dalam kehidupan, seperti anak sakit, tantangan dalam pernikahan, sampai musibah bisa membuat karyawan gagal fokus saat berkinerja dalam bisnis Anda. Hal pertama yang bisa Anda lakukan adalah untuk mengukur seberapa besar masalah pribadi tersebut. Ini bukan berarti Anda perlu ikut campur dengan masalah pribadinya, tetapi Anda sekedar bertanya seberapa serius masalahnya.
Sebagai contoh: bila karyawan Anda menangis dan berkata “anak saya sakit”, ukurlah seberapa serius sakit? Apa sakit yang diderita anaknya? Bisa jadi anaknya sekedar demam, tapi karyawan Anda baru pertama kali menjadi seorang Ibu dan panik saat mendapati anaknya demam dan flu. Akan tetapi, bisa jadi karena anaknya terkena penyakit yang lebih serius seperti leukimia atau infeksi selaput otak (meningitis).
Masalah kompetensi,
Masalah kompetensi tidak melulu berarti karyawan Anda tidak becus. Semua kita tidak kompeten dalam sesuatu, Anda hanya perlu memahami dalam hal apa ia tidak kompeten. Beberapa kompetensi bisa dilatih dengan workshop atau coaching, tapi ada juga kompetensi yang disebabkan karena attitude – misalnya:
- karena integritas yang buruk (mencuri, memanipulasi informasi)
- karena kemalasan yang akut
- karena sifat mudah puas: karyawan tersebut menyelesaikan pekerjaannya, tetapi sekedar selesai. Anda tidak merasakan bahwa ia melakukannya dengan mutu yang tinggi.
Apa yang bisa saya lakukan bila karyawan gagal?
Ada dua respon yang bisa Anda lakukan.
“Apa pelajaran yang bisa kita dapatkan?”
Bila Anda merasakan bahwa karyawan tersebut telah menyadari kegagalannya, maka respon terbaik yang bisa Anda berikan adalah bertanya “apakah ia mempelajari sesuatu dari kegagalan tersebut?” Bila Anda bukan tipe pemimpin yang tergesa-gesa marah, ataupun suka menginterupsi, maka pertanyaan tersebut bisa membuka diskusi yang terbuka dan membuat karyawan dicoaching oleh Anda untuk perbaikan di hari esok.
Pertanyaan tersebut menempatkan tanggung jawab di pundak karyawan yang gagal, dan rekan-rekannya. Pertanyaan tersebut membuat karyawan yang gagal tersebut mengevaluasi pengalaman yang gagal, tanpa melulu dibantu berpikir oleh boss-nya melalui kata-kata omelan.
Catatan: Tahukah Anda, bahwa bila Anda sering mengomel tanpa bertanya secara efektif, maka tim Anda dengan mudah mengcopy-paste materi omelan Anda untuk menunjukkan seolah-olah mereka sudah mengerti masalahnya?
Kunci untuk bertanya “apa pelajaran yang bisa kita dapatkan?” secara efektif adalah:
- kualitas mendengarkan yang Anda miliki: tidak mudah marah, tidak mudah menginterupsi, dan sebagainya
- kreatifitas Anda dalam bertanya: kaitkan kemungkinan penyebab masalah dengan tiga penyebab karyawan gagal yang saya paparkan di atas. Adakah pelajarannya karena kepemimpinan yang buruk, masalah pribadi atau skill kerja yang kurang?
- ketepatan konteks: ini terkait dalam konteks apakah Anda bertanya. Apa harus secara one-on-one? Apa lebih baik dalam meeting?
- ketepatan waktu: perhatikan “yin yang” dalam kondisi karyawan yang gagal tersebut. Prinsipnya adalah: “jangan menembaki prajurit yang sudah babak belur dengan tembakan masalah eksternal“. Peranan Anda sebagai pemimpin adalah untuk bisa membantunya menjadi karyawan yang lebih baik, bukan sekedar melampiaskan emosi Anda. Tidak mudah memang, tapi itulah kepemimpinan.
“Apakah saya masih mau mempekerjakannya?”
Respon ini cocok untuk Anda tanyakan pada diri Anda sendiri, bila Anda merasa bahwa karyawan yang gagal tersebut tampak cuek dengan masalah yang dibuatnya. Sebuah pertanyaan klasik dari Jim Collins dalam bukunya Good to Great, membantu setiap pengusaha yang memiliki karyawan yang cuek bebek dengan masalah yang disebabkannya:
Bila saya belum merekrutnya, dan mengetahui respon yang diperbuatnya dalam masalah serupa: apakah saya masih mau mempekerjakannya?
Bila jawaban Anda adalah tidak, maka hal terbaik yang Anda bisa lakukan adalah untuk melepasnya dan maju dengan karyawan yang tersisa. Bila jawaban Anda adalah ya, maka training kompetensi atau coaching kinerja bisa menjadi pilihan. Baca juga bagaimana cara yang benar mengeluarkan orang yang salah.
Selamat menginspirasi!
Your Coach,
Danny