Seorang bijak pernah berkata: “jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu”. Saat kita memimpin di masa-masa sulit, penting bagi kita untuk tetap tenang. Mereka yang kita pimpin menggunakan ketenangan kita sebagai barometer terkait keseriusan masa sulit yang tengah dialami sebuah organisasi.
Pemimpin yang tenang dan bisa menemukan damai dalam masa-masa sukar mengkomunikasikan bahwa ia percaya segala sesuatu akan baik-baik saja pada akhirnya.
Apakah mungkin menjadi tenang?
Saya mengingat ucapan Pak Anthony Salim, CEO Indofood, bahwa memimpin itu perlu tetap tegar di zaman baik maupun zaman yang kurang baik.
Akan tetapi, apakah mungkin menjadi tegar dan kokoh – saat:
- Anda tengah bergumul dengan penyakit yang tidak kunjung sembuh bertahun-tahun?
- Anda tersiksa secara emosi terkait konflik keluarga yang membuat bisnis Anda bermasalah?
- Anda tidak merasa diapresiasi dan bertanya-tanya apakah perjuangan Anda selama ini tidak keliru jalur?
- Anda bingung bagaimana membayar tim dan supplier di akhir bulan karena bisnis sudah benar-benar paceklik?
- Anda bolak-balik menghadapi masalah yang tidak bisa dipahami oleh orang lain?
Apa itu ketenangan?
Menemukan ketenangan dalam masa-masa sukar dimulai dari memahami apa artinya ketenangan itu sendiri. Ketenangan bukanlah:
- Anda sedang melakukan problem-solving
- Anda sedang merencanakan solusi
- Anda meredam konflik atau perasaan
- Anda berdoa
Namun, ketenangan adalah menghentikan pikiran yang tengah berkecamuk dalam benak kita. Ketenangan adalah menemukan kembali diri kita, setelah menyampingkan pernak-pernik emosi (ambisi, gengsi, kekuatiran, dan sebagainya) yang membebani selama ini.
[shareable cite=”Coach Danny”]Ketenangan berarti tidak melakukan apa-apa, sampai semua kekuatiran yang berseliweran di otak kita terlatih untuk seirama dengan hati kita.[/shareable]
Bunda Teresa pernah mengatakan:
Mengapa saya perlu ketenangan?
Bukankah saya lebih memerlukan solusi? Dengan solusi yang efektif, masalah saya akan cepat selesai dan saya akan merasa damai sesudahnya, bukan?
Mungkin Anda bertanya seperti di atas, karena saya juga berpikir seperti itu dahulu.
Tetapi, saya sendiri menemukan setidaknya tiga manfaat ketenangan saat dalam masa-masa sukar.
Pertama, perspektif saya kembali terjaga.
Tanpa ketenangan saya menjadi pemimpin yang reaktif – diatur oleh begitu banyak pendapat dan tindakan orang dalam hidup saya. Ketenangan membantu saya untuk kuat memilih apa yang penting atau tidak, dengan proaktif. Ketenangan membantu saya melihat sesuatu dengan objektif, khususnya terkait waktu dan kesempatan.
Kedua, saya terhubung kembali kepada tujuan saya.
Dalam ketenangan, saya dimampukan untuk melihat tujuan lebih besar dari perasaan saya. Yang menjadikan kita lebih kuatir dari seharusnya adalah perasaan yang menutupi kejelasan akan tujuan yang sebenarnya.
Ketiga, saya mendapatkan margin dalam kehidupan saya.
Yang saya maksud dengan margin di sini adalah: saya menjadi semakin sadar tentang apa yang benar-benar penting dalam kehidupan dan bersyukur untuk hal tersebut.
Bagaimana “melakukan” ketenangan?
Hal ini bukan sesuatu yang sudah saya lakukan dengan mahir. Bahkan saya masih jatuh bangun saat melakukannya. Akan tetapi, saya akan bagikan beberapa hal yang pernah saya lakukan yang menghasilkan ketenangan untuk bisa kuat kembali dalam kepemimpinan dan bisnis. Ini sekedar berbagi apa yang pernah berhasil untuk saya:
Jadwalkan. Intinya lakukan dengan intention (niat, sengaja). Tanpa dijadwalkan, mudah sekali bagi saya untuk lupa melakukannya. Saya melakukannya di jam makan siang atau malam sebelum tidur.
Temukan tempat yang cocok. Temukan tempat dimana Anda tidak akan diganggu dan mudah menjadi tenang. Bagi saya itu berarti ruangan dengan view cakrawala, dan suara air.
Batasi waktu. Mulai dengan menjadi tenang selama 15 menit sehari. Pertama kali melakukannya, 15 menit diam itu serasa begitu lama. Saat ini saya ada di tingkatan 30 menit per harinya.
Relaks. Saya sekedar duduk di kursi panjang di kantor saya dengan mata menatap langit dan mendengarkan suara air dari youtube.com.
Tenangkan pikiran: be present. Jangan memikirkan apa yang belum Anda kerjakan, atau hal-hal lain. Saya benar-benar mengucapkan pada diri saya: “Tenang Danny”, saat terpikir banyak hal.
Mulai. Ini mungkin hal terpenting yang Anda perlu lakukan. Mudah sekali menunda melakukan ketenangan seakan Anda tidak punya waktu melakukannya. Apa yang saya bagikan di atas membantu saya lebih kuat saat menghadapi masalah.
Apakah 15 menit itu lama atau singkat untuk Anda?
Bila Anda sibuk, apalagi lagi kebingungan di tengah-tengah masalah, 15 menit adalah waktu yang sangat singkat, bahkan terlalu cepat berlalu. Akan tetapi bila Anda tenang, 15 menit adalah waktu yang cukup untuk melakukan banyak hal.
Yang membuat kita kehilangan kekuatan di masa-masa sukar adalah saat kita “delusional” tentang kekuatan kita: kita merasa waktu, sumber daya dan kemampuan kita tidak cukup. Dengan ketenangan, kita kembali memiliki perspektif yang jelas dan kekuatan untuk kembali.
Selamat menjadi tenang.
Butuh strategi dalam bisnis? Baca saja Ide-Bisnis.com.
[callout]Artikel ini diadaptasi dari Jadilah Tenang: Bagaimana kita menemukan ketenangan di tengah masa-masa sukar, karya dari Coach Danny Wira Dharma, yang dimuat di Managers Scope edisi Mei 2017.[/callout]