Karyawan Muda Perlu Kenal dengan Murphy

Bila ingin karyawan muda Anda lebih produktif, mereka perlu kenal dengan hukum Murphy. Cek apa itu Murphy's Law dalam artikel ini.

Share artikel ini, klik:

Mengapa karyawan muda perlu kenal dengan Murphy? Baca artikel ini sampai akhir dan temukan inspirasinya.

Murphy’s Law dijelaskan

Murphy’s Law diperkenalkan tahun 1949 oleh kecermatan dari Kapten Edward A. Murphy terhadap resiko. Ia adalah seorang insinyur yang sangat seksama dalam mengenali peluang terjadinya kecelakaan pada proyek-proyek yang dikerjakan di Edwards Air Force Base, California.

Karyawan Muda perlu kenal dengan Murphy - Ide Bisnis - John Maxwell Team Indonesia

Tugas utamanya adalah untuk menemukan celah-celah kegagalan yang bisa terjadi dalam sebuah proyek pesawat terbang. Demikian cermat dan telitinya Murphy dalam mengenali resiko kecelakaan, sehingga orang-orang sering mengatakan: “kalau ada celah untuk sesuatu berfungsi tidak benar, ia akan menemukannya”.

Murphy’s Law & Victor

Saya sendiri mengenal Murphy’s Law dari atasan saya, Victor Chan, saat saya masih bekerja sebagai karyawan di perusahaan yang menjual asesmen. Beliau dengan bijak dan tegas mengajar kami bahwa perusahaan bukanlah tempat bermain-main – karena kita memiliki tanggung jawab terhadap:

  • customer
  • pemilik dan pemegang saham
  • vendor dan supplier
  • team yang komit beserta keluarga mereka

Dan saya sangat setuju dengan pendapat beliau. Dan inilah Murphy’s Law yang diajarkan kepada saya:

If anything can go wrong, it will.

Bila sesuatu berpeluang salah, hal itu benar-benar akan terjadi.

Menurut saya, hal-hal seperti inilah yang sudah tidak lagi diajarkan kepada para karyawan Anda dan saya di bangku sekolah mereka.

Dengan sistem pendidikan masa kini yang student-centered, pendidikan lebih berkesan “menjaga perasaan siswa” dengan memberikan remedial dan kesempatan-kesempatan kedua, ketiga, keempat dan seterusnya.

Padahal saya percaya bahwa pendidikan lebih perlu mempersiapkan siswa untuk survive dan berhasil dalam dunia kerja yang sebenarnya.

Menurut saya, pendidikan masa kini akhirnya membentuk anak-anak muda yang melihat dunia kerja dari lensa fantasi – bahwa tidak ada resiko yang perlu saya kuatirkan, karena saya akan selalu mendapatkan remedial seperti halnya di bangku sekolah.

Namun, Anda dan saya tahu, dunia kerja jauh sekali dari khayalan sedemikian. Dunia kerja akan penuh dengan persaingan, dengan konflik, dengan tekanan, dengan resiko yang mungkin tidak memberikan banyak kesempatan baru bagi karyawan tersebut- dimana banyaknya like di post berisi curhatan di sosmed tidak akan banyak membantu dalam karir/ bisnis.

Murphy’s Law dalam pekerjaan sehari-hari

Mari saya bantu Anda untuk melihat bagaimana Murphy’s Law perlu diperkenalkan kepada tim karyawan muda Anda:

  1. tidak menunda-nunda berangkat meeting/ visit klien, karena bila macet/ kecelakaan bisa membuat Anda terlambat, hal itu bisa benar-benar terjadi hari ini.
  2. mengecek keakuratan dalam menginput invoice, karena bila ada peluang Anda lupa menuliskan satu angka nol, hal itu bisa benar-benar terjadi dan merugikan perusahaan.
  3. mengerjakan keluar masuk barang di gudang sesuai S.O.P, karena bila ada peluang kehilangan barang karena gudang Anda tidak steril, hal itu bisa benar-benar terjadi.
  4. merekrut tim secara regular, karena bila ada peluang tim andalan Anda tiba-tiba sakit keras atau resign, hal itu bisa benar-benar terjadi.
  5. memastikan smartphone Anda dicharge dengan baik, karena bila ada peluang baterainya habis pas Anda membutuhkannya, hal itu bisa benar-benar terjadi.
  6. dan banyak contoh-contoh lainnya.

Tapi ah, emang “gua pikirin”?

Cara karyawan-karyawan muda Anda dibesarkan dan dididik sangat mempengaruhi respon mereka terhadap resiko.

Dengan melimpahnya kemurahan guru dalam memberikan “remedial” (mungkin karena persaingan dunia pendidikan), atau dengan melimpahnya kemurahan orangtua yang dengan sigap turun tangan saat anak kena masalah, karyawan-karyawan muda melihat resiko sebagai sebuah tontonan yang ditanggung orangtua/ guru mereka, dan bukan sebagai resiko yang ditanggung mereka sendiri.

Dan ini tidak hanya terjadi pada karyawan muda dengan status sosial yang cukup, namun juga terhadap karyawan muda dengan status sosial ekonomi yang rendah.

Itu sebabnya karyawan muda tidak terlalu memikirkan resiko yang mereka perbuat terhadap perusahaan karena berpikir akan ada atasan mereka yang menanggung resikonya.

Tombol UNDO itu terbatas

Karyawan Muda perlu kenal dengan Murphy - Ide Bisnis - John Maxwell Team Indonesia

Dengan tombol “undo”, kita bisa menghemat banyak kertas, tipp-ex dan kerepotan mengetik ulang bila melakukan kesalahan ketik (bagi Anda yang pernah menggunakan mesin ketik di kantor, pasti Anda mengerti repotnya).

Namun ada kabar buruknya, untuk sekelas Microsoft Word pun, tombol “undo” memiliki batasan. Dan kabar lebih buruknya, batasan itu tidak bisa kita set sendiri – namun otomatis ditentukan oleh sistem macro dalam program tersebut. Jadi saat Anda dan saya berpikir bisa “undo”, bisa jadi tiba-tiba tombol tersebut tidak bisa merespon.

Tim karyawan muda kita pun perlu tahu bahwa di dunia kerja, tidak ada “tombol undo” yang tidak terbatas. Customer, rekan kerja dan atasan mereka memiliki “batasan” yang “sistem macro”nya pun tidak bisa diatur seenak hati.

Itu sebabnya saya memahami kekecewaan beberapa pebisnis yang memiliki tim yang bermental “cuek” dan mengatakan bahwa “kesalahan (berulang-ulang) itu kan manusiawi jadi perlu ditolerir”.

Iya, memang kesalahan perlu ditoleransi karena natur manusia tidak sempurna. Namun kalau kesalahan yang sama dilakukan berulang-ulang, ada tiga fakta penting yang perlu diperhatikan:

  1. karyawan tersebut memiliki kecerdasan yang sangat rendah, sehingga informasi dan pembelajaran sukar ditangkap
  2. karyawan tersebut tidak cocok untuk dunia kerja
  3. karyawan tersebut lebih baik jadi pengusaha sehingga merasakan sendiri apa resikonya bila setiap rupiah uangnya dan setiap detik waktunya terbuang sia-sia untuk kesalahan yang sama terus menerus. (para pengusaha pasti ada yang senyum membaca ini 🙂

Murphy’s Law dan Hukum Kapasitas

Seorang anak kecil berusia 7-8 tahun dengan berat kurang dari 25 kg tidak akan membuat sebuah lift berbunyi. Namun bila ia mencoba masuk ke dalam lift yang sudah padat dengan penumpang lainnya, lift akan membunyikan signal dan pintu tidak akan bisa menutup.

Demikian juga dengan relasi professional antara karyawan muda kita dengan para customer, rekan kerja atau atasan mereka.

Banyak anak muda yang berargumen saat bercerita dengan saya, “masa untuk hal kecil gitu saja, saya dimarahi habis-habisan Pak?”. Dahulu waktu saya muda, mungkin saya langsung berempati dan turut menganggap boss mereka ‘lebay’. Namun sekarang saya bertanya, “berapa kali kamu keliru seperti itu?”.

Frekuensi sebuah masalah terjadi menentukan intensitas gangguan yang dirasakan pihak lain.

Mengapa? Karena hal-hal kecil yang dilakukan berulang bisa menimbun sebuah gunung loh, seperti kata pepatah: “sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit“. Dan saya mengajar mereka prinsip Emotional Bank Account dari Dr. Stephen Covey yang mungkin Anda bisa ajarkan juga kepada tim muda Anda:

Emotional Bank Account

Karyawan Muda perlu kenal dengan Murphy - Ide Bisnis - John Maxwell Team Indonesia

Prinsip Emotional Bank Account (EBA) adalah bahwa kita memiliki emotional bank account dalam setiap individu yang mempunyai relasi dengan kita. Jadi seorang karyawan memiliki EBA dengan atasannya, dengan rekannya, dengan customernya, dengan orang-orang yang memiliki relasi dengannya.

Sama dengan prinsip dunia perbankan, EBA memiliki dua transaksi utama:

Kredit – saat kita menabung sesuatu yang positif ke dalam diri individu yang berelasi dengan kita.
Transaksi kredit ini tidak terbatas, sama seperti kita tidak pernah dibatasi oleh bank untuk menabung uang sebesar apa pun.

Debit – saat kita menarik sesuatu dari diri individu yang berelasi dengan kita.
Transaksi debit ini terbatas, yakni maksimal sejumlah ‘tabungan emosi’ yang kita miliki dalam diri individu yang berelasi dengan kita.

Mari kita lihat beberapa contohnya di tabel di bawah ini:

Karyawan Muda perlu kenal dengan Murphy - Ide Bisnis - John Maxwell Team Indonesia

Generasi yang Potensial

Bila Anda menemukan artikel ini memaparkan kelemahan karyawan-karyawan muda, jangan buru-buru salah paham. Karyawan muda Anda adalah generasi yang sangat potensial dan kreatif, namun budaya kerja mereka yang perlu kita bantu.

Saya rasa generasi muda masa kini adalah generasi yang berpotensi menghasilkan karya-karya kreatif yang mengubah dunia, namun beresiko mengubur potensi itu di bawah perangai budaya yang tidak produktif.

Itu sebabnya saya mengajak Anda, para pengusaha dan para HR manager, untuk membantu tim muda Anda untuk mengenal Murphy’s Law dan Emotional Bank Account. Bantu mereka mengeluarkan potensi mereka sekaligus bertindak dengan bijaksana dalam hari-hari yang tidak semakin kondusif ini.

Sebab itulah fungsi Anda dan saya sebagai leaders, bukan? Untuk membangun leaders baru guna membuat organisasi kita sustainable dan berdampak lebih lama dan lebih besar.

Selamat memimpin!

Your Coach,
Danny

Share artikel ini, klik: