Bagaimana menghadapi karyawan yang kekanak-kanakan?

Mungkin Anda sedang menghadapinya saat ini, karyawan yang kekanak-kanakan menyita waktu dan energi Anda. Temukan strategi menghadapi mereka di sini.

Share artikel ini, klik:

“menjadi tua itu otomatis, menjadi dewasa itu pilihan” – Edwin Louis Cole

Pernahkah Anda merasa bahwa karyawan di abad 21 ini lebih “ringkih” dan childish dibandingkan generasi sebelumnya?

Sebut saja beberapa sifat karyawan yang mungkin Anda temui dalam bisnis Anda:

Mungkin Anda sedang menghadapinya saat ini, karyawan yang kekanak-kanakan menyita waktu dan energi Anda. Temukan strategi menghadapi mereka di sini.

Si tukang ngambek

Karyawan seperti ini akan ngambek bila merasa dirinya dirintangi oleh rekan kerjanya atau prosedur kerja yang dinilainya merepotkan. Seringkali, tukang ngambek ini adalah orang-orang yang merasa paling berkontribusi dalam perusahaan sehingga merasa layak mendapatkan perlakukan istimewa.

Mungkin Anda sedang menghadapinya saat ini, karyawan yang kekanak-kanakan menyita waktu dan energi Anda. Temukan strategi menghadapi mereka di sini.

Si tukang ngadu

Karyawan yang suka mengadu kepada Anda tentang ketidakdisiplinan atau kesalahan rekan kerjanya umumnya melakukan itu di atas dasar ketidakpercayaan diri. Mencari-cari kesalahan orang lain membuat dirinya tampak penting dan bermanfaat bagi Anda atasannya. Sayangnya, aduan-aduan karyawan tipe ini bisa jadi keliru atau tanpa klarifikasi secara proporsional loh.

Mungkin Anda sedang menghadapinya saat ini, karyawan yang kekanak-kanakan menyita waktu dan energi Anda. Temukan strategi menghadapi mereka di sini.

Si pencari perhatian

Karyawan ini biasanya sering mengandalkan “drama” dalam berkomunikasi. Ia ingin mendapatkan perhatian semua orang, walaupun hal itu didapatkan dalam bentuk rasa kasihan. Karyawan pencari perhatian akan mengambil banyak waktu Anda untuk curhat hal-hal yang sebenarnya telah Anda berikan solusi sebelumnya (namun tidak ia kunjung terapkan).

Mungkin Anda sedang menghadapinya saat ini, karyawan yang kekanak-kanakan menyita waktu dan energi Anda. Temukan strategi menghadapi mereka di sini.

Si tukang komplain

Karyawan jenis ini konsisten mengeluh dan melihat pekerjaannya sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan. Tidak ada aspek dalam lingkungan kerjanya yang terlihat baik dan mereka tidak pernah benar-benar senang. Di tahapan yang lebih berani, tipe karyawan ini tidak segan membanding-bandingkan perusahaan Anda dengan perusahaan lain di depan Anda dengan nada meremehkan.

Mungkin Anda sedang menghadapinya saat ini, karyawan yang kekanak-kanakan menyita waktu dan energi Anda. Temukan strategi menghadapi mereka di sini.

Si tukang main

Karyawan seperti ini menekankan hak lebih dari kewajibannya. Tidak jarang di abad 21 ini Anda menemukan karyawan yang menghabiskan lebih dari 20% waktunya setiap hari (baca: lebih dari 1,5 jam) untuk selfie, update status di sosial media, ngobrol, pesan jajanan via gofood, dan sebagainya – sementara Anda kebingungan dengan alasannya “tidak sempat selesai Pak/Bu” saat menanyakan laporan pekerjaannya di hari itu.

Bukan karena Generasi Y atau Millenials

Tipe-tipe karyawan yang saya paparkan di atas tidak serta merta dicetuskan karena mereka tergolong Generation Y atau millenials. Namun, seringkali didorong oleh pola asuh, pola pergaulan dan tipe kepribadian.

Yang pasti Anda tidak bisa menggunakan strategi Anda memimpin karyawan generasi sebelumnya dengan generasi baru ini. Sistem rekrutmen Anda pun perlu lebih konsisten dan kuat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Visit Ide-Bisnis.com untuk tips dan ide prakis tentang cara menjalankan bisnis, leadership, manajemen dan inovasi untuk mengembangkan bisnis Anda.

Beberapa tips menghadapi karyawan yang kekanak-kanakan:

  1. Jangan pernah berdiskusi tentang sikapnya di dalam forum/ meeting bersama. Strategi terbaik tetap one-on-one conversation. Karyawan yang kekanak-kanakan tidak akan sungkan bersikap defensif terhadap Anda dan bilamana Anda tidak merasa bisa 100% tenang secara emosional, jauh lebih baik bahas perilakunya secara privat.
  2. Tunggu sampai emosinya mereda. Logika yang Anda coba tanamkan tidak akan mengakar bila karyawan tersebut masih dikuasai oleh emosi – baik karena amarah, minder, malu atau negative thinking.
  3. Untuk kasus dimana karyawan Anda mengadukan kejelekan karyawan lain, Anda perlu menerapkan prinsip trust but verify. Ada tiga hal yang perlu Anda minta bukti. Pertama, bukti bahwa ia sendiri mengerjakan tugasnya dengan baik. Kedua, minta bukti secara otentik yang bukan hanya “yang saya tahu…”. Lalu, ketiga, dengarkan pendapat pihak yang ia adukan.
  4. Untuk menghadapi karyawan yang haus perhatian, Anda jauh lebih baik bersikap cuek dan kembali ke pekerjaan Anda. Semakin Anda bertanya “memang gimana masalahnya…” hanya akan memberikan bahan bakar pada kehausannya akan perhatian. Anda bisa dengan sopan dan/atau tegas berkata “saya akan kembali bekerja dan jangan diganggu dahulu”.

Bila Anda suka dengan reality show, saya jadi teringat dengan Nanny 911 saat menulis artikel ini.

Beberapa orang tua yang diliput menghabiskan terlalu banyak waktu untuk membujuk balitanya agar mau makan/ berganti baju bersih – sementara Nanny yang tegas dan percaya diri dapat dengan mudah mempengaruhi si balita.

Hal yang sama terjadi dengan Anda dan saya dalam kepemimpinan terhadap karyawan-karyawan yang kekanak-kanakan. Ketidakpercayaan diri kita bahwa kita bisa berantakan tanpa karyawan tersebut dan/ atau keinginan kita untuk disukai atau menghindari konflik menyebabkan kita membuang demikian banyak waktu membujuk mereka untuk lebih professional. Hal yang perlu dilakukan adalah memberikan komando dan menegaskan aturan main Anda.

Seiring karyawan Anda menjadi dewasa dalam pola pikir, barulah pendekatan kepemimpinan Anda dapat lebih partisipatif.

Diskusi:

Bagaimana bila pasangan/ mitra bisnis Anda yang kekanak-kanakan? Apa yang pernah Anda lakukan untuk berhasil membuat pasangan/ mitra bisnis Anda lebih professional dalam bisnis bersama Anda?

(www.ide-bisnis.com)

 

 

Share artikel ini, klik: