Siapa Jagoan Anda?

Menentukan penerus dalam bisnis bukanlah perkara yang mudah. Temukan tiga bahaya yang perlu dicermati pemilik bisnis sebelum menentukan siapa jagoan mereka.

Share artikel ini, klik:

Bila Anda penyuka film horor, kemungkinan besar Anda mengenal film the Sixth Sense (1999) besutan sutradara M. Night Shyamalan, yang dibintangi oleh Bruce Willis. Dalam film itu, ada satu kalimat yang diucapkan oleh tokoh Cole yang diperani oleh Haley Joel Osment kepada Bruce Willis:

“I want to tell you my secret now. I see dead people”

Bagaimana bila saya mengatakan hal itu pada Anda?

Well, tentunya bukan tentang saya bisa melihat hal-hal gaib. Namun bahwa ada hal-hal yang saya lihat yang tidak Anda lihat, demikian pula sebaliknya. Termasuk di antaranya adalah hal-hal bisnis keluarga.

Apakah itu indera keenam, Coach? Tentunya tidak, karena saya menulis hal ini sebagai seorang business coach, bukan paranormal. Namun, rahasianya sederhana:

[callout]Apa yang Anda alami menentukan apa yang Anda lihat[/callout]

Simon Cowell

Ambillah contoh seorang Simon Cowell.

Simon bisa mengenali bakat musik seseorang hanya dari beberapa menit sesi audisi, yang mungkin Anda dan saya memiliki kesulitan untuk melakukan itu dengan baik.

Atau ambillah contoh seorang mekanik mobil yang handal. Dia mampu mengenali kerusakan apa dalam sebuah mobil, bahkan hanya dari bunyi. Saya tidak tahu dengan Anda, namun saya seringkali kesulitan membedakan apakah bunyi tok-tok di mobil saya disebabkan oleh kerusakan onderdil, atau karena ada sebuah kunci atau uang logam yang beradu di tempat uang logam.

Nah, di bagian terakhir dari seri artikel Family Business ini, kita akan bersama-sama mengupas topik mengenai “bagaimana mengenali calon pengganti Anda” bilamana Anda berencana mengoper tongkat estafet kepada anggota keluarga Anda.

Sama seperti Simon dan mekanik mobil, saya berargumen bahwa: apa yang Anda alami dalam bisnis dan keluarga Anda selama ini menentukan apa yang Anda lihat dari calon-calon penerus yang Anda miliki.

Apa yang Anda alami bisa jadi membukakan perspektif yang luas terkait calon-calon penerus Anda. Akan tetapi, resiko sebaliknya juga ada, khususnya bila Anda tidak sepenuhnya akrab dengan anak, menantu atau saudara calon penerus Anda: apa yang Anda alami saat mengamati mereka di masa kecil akan menentukan apa yang Anda lihat saat ini, dan itu belum tentu sepenuhnya akurat.

Tiga bahaya yang harus dilihat oleh pemilik bisnis

Dari apa yang saya alami saat membantu para pemilik family business mengembangkan dan meneruskan bisnis mereka, ada tiga bahaya yang saya pikir Anda perlu lihat atau kenali, sebelum menentukan siapa dari anggota keluarga Anda yang cocok menjadi penerus bisnis Anda.

Pertama, lihatlah bahaya kepemimpinan yang berdasarkan status.

Terlepas dari bisnis Anda baru memiliki segelintir karyawan, atau sudah memiliki ribuan karyawan, penerus Anda akan berhubungan dengan manusia. Dan relasi dengan manusia – baik itu dengan para karyawan, pelanggan, supplier, termasuk juga dengan Anda sebagai pemilik bisnis – tidak bisa digantikan hanya dengan status/posisi jabatan ‘direktur utama’.

John Maxwell mengemukakan bahwa kepemimpinan yang berdasarkan status, menyebabkan para karyawan mengikuti sang pemimpin hanya karena kewajiban. Kepemimpinan macam tersebut adalah kepimpinan di tingkat yang paling bawah, yang bila dilakukan terus menerus akan mengakibatkan bisnis Anda kehilangan orang-orang hebat dan menyisakan orang-orang penjilat.

Yang perlu Anda lihat di sini adalah bagaimana calon penerus Anda bersikap terhadap orang-orang yang di atasnya, di tingkatan yang selaras dengannya, dan di tingkatan bawahnya. Orang berkata walls have ears (dinding punya telinga), dan Anda mungkin mau mulai mendengarkan ‘dinding-dinding’ itu untuk mendapatkan persepsi yang nyata dari apa pendapat tim Anda tentang calon penerus Anda.

Kedua, kenali bahaya multifokus dalam calon penerus Anda.

Pertikaian yang seringkali terjadi antara pemilik bisnis dan penerusnya adalah tentang prioritas: tentang menjadi sepakat akan apa yang penting dan yang kurang penting.

Kenalilah bagaimana calon penerus Anda menggunakan waktu: apakah ia benar-benar fokus akan sebuah tujuan? ataukah ia mudah berganti-ganti fokus? (baca: memulai banyak hal, namun tidak pernah menyelesaikan).

Yang perlu Anda kenali di sini adalah pola mentalitas atau kebiasaan dalam menekuni tujuannya. Pola yang seperti perangko, selalu menempel di surat sampai benar-benar tiba di tujuannya, itulah yang Anda cari sebagai kualitas seorang penerus.

Mengapa ini penting, Coach? Ini penting bilamana Anda mau ‘meneruskan’ bisnis Anda dan bukan hanya ‘mewariskan’. Meneruskan bisnis mempertimbangkan masa depan banyak pihak, sekedar mewariskan hanya mempertimbangkan kepentingan kelompok yang lebih kecil.

[shareable cite=”Coach Danny”]Meneruskan bisnis mempertimbangkan masa depan banyak pihak, sekedar mewariskan hanya mempertimbangkan kepentingan kelompok yang lebih kecil.[/shareable]

Ketiga, waspadalah akan bahaya mudah puas dalam calon penerus Anda.

Abaikan bahaya ini bila Anda tidak mau perusahaan Anda berkembang. Seorang calon penerus yang mudah puas akan mengakibatkan bisnis Anda berjalan di tempat, sementara kompetitor Anda melaju dan mendahului Anda.

Yang perlu Anda tilik dalam kualitas calon penerus Anda ini adalah apakah ia memiliki mimpi-mimpi akan bisnis Anda? Tanyakan secara berkala padanya untuk melihat apakah jawabannya konsisten dan cukup menantang.

Jadilah ‘coach’ baginya dengan tidak pernah puas akan apa yang ia mampu lakukan (tentunya Anda bisa saja hire saya sebagai coach, loh). Namun intinya, anutlah prinsip ini: selama Anda dan ia masih bernafas, masih banyak hal-hal baru yang bisa Anda raih.

Jadi bagaimana mengenali jagoan Anda?

Mungkin saat ini Anda bertanya:

  • Coach, saya memiliki beberapa calon untuk meneruskan bisnis saya, apa yang harus saya lakukan?
  • Coach, saya tidak yakin anak saya bisa meneruskan bisnis saya, jadi bagaimana nih?

Kembali ke pikiran utama kita di awal:

[shareable]Apa yang Anda telah alami menentukan apa yang Anda lihat.[/shareable]

Dengan pikiran yang terbuka, set pikiran Anda untuk memperhatikan kualitas-kualitas dari calon-calon Anda itu.

Maksud saya dengan ‘pikiran terbuka’ adalah Anda memperhatikan kualitas dengan keputusan yang masih terbuka – bukannya Anda sudah membuat keputusan dan hanya mencari konfirmasi bahwa keputusan Anda benar. Banyak pemilik bisnis gagal memilih dengan benar karena mereka mengandalkan pengalaman mereka dibandingkan satu set prinsip yang objektif.

Membaca tiga bahaya yang saya uraikan, saya percaya bahwa hal-hal itu akan membantu Anda untuk menelaah dan mengenali calon-calon yang tepat. Entah calon dari internal keluarga Anda yang Anda perhatikan, atau calon dari internal tim Anda (non-keluarga), Anda perlu memiliki satu set prinsip untuk mengenali DNA (baca: pola pikir) calon penerus yang sama dengan Anda – yang pada akhirnya akan menjaga perusahaan itu dalam blueprint Anda sebagai pendirinya.

Strategi lain yang bisa Anda lakukan adalah melakukan ‘sayembara’ – seperti cerita-cerita dongeng yang pernah Anda baca saat kanak-kanak dulu. Biasanya seorang raja membuat sayembara untuk menguji siapakah dari anak sulung dan bungsunya yang layak menggantikannya menjadi raja. Hanya di sini, perhatikan apakah calon-calon Anda itu memiliki kualitas kepemimpinan yang tepat, memiliki ketekunan dan memiliki ambisi yang sehat.

Sebagai contoh: ada klien saya yang pernah melakukan hal ini (sayembara) dengan meminta dua putra-putrinya untuk mengembangkan dua unit bisnis mereka yang paling kecil dalam periode waktu tertentu. Kriterianya, bukan hanya peningkatan omzet dan profit; namun juga keterlibatan tim dan approval rating dari supplier.

Penutup

Memilih seorang penerus bukanlah perkara yang mudah. Sudah banyak family business yang membuktikan bahwa generasi pertama membangun, generasi kedua menikmati dan generasi ketiga menghancurkan.

Tantangan bagi Anda adalah bagaimana memilih generasi kedua yang membangun baik bisnis dan penerus mereka.

Bila Anda memperhatikan indikator-indikator penting dari kualitas calon-calon Anda, niscaya Anda tidak perlu salah memilih. Saat menulis ini, saya tidak berasumsi bahwa Anda akan segera pensiun. Namun saya yakin bahwa semakin dini Anda memperhatikan, semakin Anda mengenali apakah kualitas-kualitas yang ditunjukkan itu alamiah dan konsisten.

Selamat membangun bisnis Anda!

Ide-Bisnis.com

Share artikel ini, klik: