Krisis dalam Bisnis
Hal buruk yang tidak terduga terjadi pada bisnis Anda. Entah Anda menyadarinya setelah menerima telepon dari customer atau supplier, atau setelah membaca email dari manager Anda, atau setelah Anda membaca berita bahwa pemerintah baru saja mengganti kebijakan impor atau ekspor yang terkait dengan bisnis Anda, dua hal meluap dari hati Anda:
Pertama, Anda menyadari bahwa bisnis Anda tengah terancam. Kedua, sebagai pemiliknya, Anda merasa perlu berbuat sesuatu – secepatnya.
Meskipun tidak selaras dengan kecenderungan untuk selekasnya bertindak saat menghadapi krisis dalam bisnis, Dr John Maxwell malah menyarankan bahwa langkah pertama yang perlu Anda dan saya lakukan adalah: berdiam diri.
Saya setuju bahwa krisis dalam bisnis memang membutuhkan perhatian penuh. Dan dalam banyak kasus, tidak mudah untuk mengetahui bagaimana merespon pada krisis yang mendadak melanda. Oleh sebab itu, saya berharap artikel ini dalam memperlengkapi Anda saat menghadapi krisis dalam bisnis, dan memimpin tim Anda melewati masa-masa kelam itu dengan pengharapan.
Krisis dalam Bisnis bisa terjadi pada siapa pun
Bisnis besar, bisnis kecil. Bisnis yang sudah bertahun-tahun, bisnis yang baru dimulai. Semuanya bisa dihantam oleh krisis.
UBER, Go-Jek, Grab menghadapinya. Di tengah naik daunnya aplikasi transportasi online, peraturan pemerintah yang masih belum menentu serta mindset mitra pengemudi yang belum selaras, membuat para founder tersebut menghadapi krisis dari berbagai arah.
Facebook yang Anda sering pakai untuk berbagi foto, kisah dan kenangan, mendadak menghadapi krisis setelah rumor penjualan data terkuak. Di banyak negara, kantor perwakilan Facebook kewalahan menghadapi sorotan media dan pemerintah.
Bahkan KFC (Kentucky Fried Chicken) pun bisa menghadapi krisis. Di Inggris, KFC mendadak kesulitan mendapatkan pasokan ayam. Masalah dengan supplier dan logistik membuat KFC perlu menutup 900 gerainya di Inggris.
Termasuk juga dengan bisnis Anda dan saya, krisis karena:
- masalah produk atau bahan baku yang terhambat izin impor
- produk gagal
- perubahan cara customer membeli
- persaingan usaha
- piutang macet
- hutang dan gejolak kurs dollar
- masalah pajak
- sakit penyakit
- dan banyak penyebab lainnya
Apa yang perlu saya lakukan?
Pertama, jadilah tenang dan hadapi kenyataan.
Menghadapi kenyataan yang ada adalah hal terpenting saat menghadapi krisis dalam bisnis. Sampai Anda mengakui bahwa Anda tengah menghadapi sebuah masalah yang serius, dan Anda ternyata berperan dalam menciptakannya, Anda tidak bisa bergerak maju mengatasinya.
[shareable cite=”Coach Danny”]Banyak pebisnis sukar menghadapi kenyataan dan peranan mereka dalam menyebabkan krisis. Faktanya, krisis berawal dari masalah-masalah yang sebenarnya bisa dijinakkan segera, bila pebisnisnya memperhatikan.[/shareable]
Kedua, berdoalah.
Bila Anda seorang yang percaya pada Tuhan, langkah kedua ini sangat penting. Berdoalah dan ujarkan ini pada diri Anda: “Saya tidak akan menghina Tuhan dengan menganggap Dia tidak mampu menolong saya“.
Siapa pun Anda, faktanya adalah Tuhan mau menolong, Tuhan bisa menolong, dan Tuhan peduli pada krisis yang sedang Anda alami.
[youtube id=”wZadmGBp_bk”]
Ketiga, jangan hadapi sendirian
Anda tidak bisa melewati krisis sendirian, jadi hindarilah mencoba melakukan segala sesuatu seorang diri. Carilah orang dalam bisnis Anda, atau dalam kehidupan pribadi Anda yang bisa berbagi menanggung masalah-masalah Anda, dan membantu Anda keluar dari krisis sebagai pemenang.
Berjuang sendirian akan membuat Anda jenuh, dan kejenuhan akan menyebabkan Anda lebih beresiko untuk mengambil keputusan yang keliru.
Krisis bahkan adalah kesempatan yang baik untuk memperkuat kekompakan dalam tim, karena kekompakan yang terbaik seringkali terbentuk dalam krisis.
[shareable cite=”Coach Danny”]Super problem needs super team[/shareable]
Keempat, (kali ini) gali akar masalah yang sesungguhnya
Dalam tekanan krisis, Anda pasti tergoda untuk mendapatkan solusi ekstra cepat. Resikonya adalah, solusi instan bisa menyembunyikan masalah yang sesungguhnya dan membuat bisnis Anda terus berada dalam kondisi yang rapuh untuk krisis itu kembali terulang.
Satu-satunya cara mengatasinya adalah dengan memahami akar masalah yang sesungguhnya dan menerapkan solusi yang permanen.
[shareable cite=”Coach Danny”]Seringkali kita menghindari menggali akar masalah yang sebenarnya karena kita takut perlu melakukan perubahan besar dari business model yang selama ini keliru.[/shareable]
Kelima, siapkan energi untuk proses yang panjang
Dalam sebuah krisis, cashflow adalah penentu. Tanyakan pada diri Anda: apakah kita memiliki cashflow yang cukup untuk melewati krisis berkepanjangan? Bila jawabannya tidak, Anda perlu segera mengambil langkah untuk menopang cashflow Anda:
- jual aset yang bisa dijual (Anda bisa membelinya lagi selewat krisis)
- carilah short-term loan dari sahabat/kerabat (berikan sedikit bunga agar Anda tetap percaya diri)
- percepat penagihan piutang dengan memberikan customer Anda insentif
- potong biaya operasional yang tidak perlu
- negosiasikan pembayaran hutang dagang pada supplier (negosiasi terlebih dahulu, jangan sekedar menunda pembayaran)
- tetap bayar gaji dan pajak secara teratur
Keenam, manfaatkan krisis
Krisis yang sedang Anda hadapi memberikan Anda kesempatan terbaik untuk membuat perubahan besar dalam perusahaan. Dalam situasi non-krisis, Anda dan perusahaan akan cenderung lebih menahan diri untuk melakukan perubahan.
Akan tetapi, saat krisis melanda – apalagi krisis dengan intensitas besar – Anda dan perusahaan akan lebih bisa terbuka menerima perubahan. Oleh sebab itu, Anda perlu bergerak lebih agresif untuk bertindak memperkuat perusahaan Anda, termasuk melalui perubahan.
Ketujuh, jagalah integritas melalui komunikasi
Saat menghadapi krisis dalam bisnis, semua orang tengah memperhatikan Anda: tim, supplier, customer dan pihak lainnya. Anda boleh suka atau tidak, namun kenyataannya adalah Anda akan menjadi pusat perhatian dari pihak-pihak yang mencemaskan kemampuan Anda melewati krisis.
Oleh sebab itu, komunikasi menjadi sangat penting di masa-masa seperti itu.
Bersembunyi, menahan informasi, hanya akan memperburuk keadaan. Terapkan kebijakan komunikasi yang tegas, to-the-point, dan transparan.
[shareable cite=”Coach Danny”]Dalam krisis, komunikasi yang terbuka akan membangun kepercayaan; sementara komunikasi yang tertutup akan mematikan kepercayaan. Padahal kepercayaan adalah modal untuk mengelola sumber daya yang tengah terbatas dalam krisis.[/shareable]
Kedelapan, setelah keluar dari krisis, taklukkan pasar baru.
Setelah Anda keluar dari krisis, ingat satu hal ini: pasar Anda tidak lagi sama seperti pasar yang dahulu. Jadi jangan mengharapkan cara customer membeli, atau target market Anda akan kembali seperti dahulu.
Lakukan investasi penting untuk membentuk pasar baru walau penjualan Anda sedang merosot. Napoleon Hill menyebutnya sebagai “wealth-conscious” daripada “poverty-conscious”.
Wealth-conscious akan mengarahkan Anda menemukan kesempatan yang berpotensi dimaksimalkan dalam krisis. Sementara, poverty-conscious akan menahan Anda untuk sekedar membuat kesempatan lama tidak hilang. Dua hal yang sangat berbeda.
Wealth-conscious bisa membuat Anda menjadi penakluk pasar baru – baik dengan produk, cara pemasaran, cara produksi yang lebih kompetitif.
Wealth-conscious bisa membuat Anda menyadari untuk menutup sebuah produk A agar produk B bisa mengeruk market share secara maksimal, dan tidak perlu menunggu pasar yang membuat produk A gagal di pasaran.
Harapan di tengah krisis
Seorang penulis bernama Edwin Louis Cole mengatakan bahwa Anda tidak tenggelam karena tercebur dalam air. Anda akan tenggelam karena bereaksi keliru yang menghambat upaya Anda keluar dari air.
Delapan langkah di atas kiranya membantu Anda keluar dari krisis dengan baik. Dan bila bisnis Anda tengah baik-baik saja, kiranya artikel ini tetap memperlengkapi Anda untuk lebih kokoh saat krisis melanda.
Doa saya untuk Anda dan harapan bagi Anda di tengah krisis dalam bisnis.