Dalam John Maxwell’s Leadership Assessment yang pernah saya lakukan di tanah air, salah satu pertanyaan dimana banyak pemimpin bisnis mendapatkan nilai buruk dari para karyawan yang dipimpinnya adalah ini:
- Pemimpin saya tahu kekuatan dan kelemahan saya
- Pemimpin saya tahu harapan dan mimpi saya
Dengan kata lain, banyak dari kita, pemilik bisnis tidak benar-benar memahami orang-orang yang kita pimpin. Padahal dengan memahami mereka dengan baik, kita mampu memotivasi mereka secara lebih tepat guna. Memahami tim dengan baik pun membantu Anda membedakan team player dari team pretender. Dengan demikian, Anda bisa mempertahankan orang-orang yang benar-benar komit dalam bekerja dari mereka yang hanya berpura-pura dalam pekerjaan mereka.
Dalam artikel ini, Ide-Bisnis.com merangkum delapan area yang perlu Anda perhatikan saat ingin lebih memahami karyawan yang Anda pimpin:
#1 Background/ Latar Belakang
Seberapa jauh Anda mengenali latar belakang dari individu yang tengah Anda pimpin? Adakah latar belakang pendidikan, kehidupan, atau pengalaman kerjanya dapat membantu Anda menavigasikan motivasi kerjanya? Sebagai contoh: seorang pebisnis “mengakhiri” kesulitannya mencari seorang graphic designer setelah tahu bahwa salah seorang karyawannya sedang kuliah di jurusan Desain Komunikasi dan Visual (DKV) saat berbincang-bincang dengannya.
#2 Personality/ Kepribadian
Bila perusahaan Anda telah menggunakan DISC Personality Profile Test atau sejenisnya, maka Anda sudah satu langkah lebih maju dalam upaya memahami tim Anda. Perhatikan bilamana tim yang Anda pimpin tersebut seorang ekstrovert atau introvert, focus on task atau focus on people. Anda bisa sangat terbantu dalam menavigasikan hasrat tim yang Anda pimpin tersebut berdasarkan DISC Profile-nya, misalnya:
- Orang berprofil Dominant cenderung lebih ambisius; ingin pekerjaan baru serta menantang.
- Orang berprofil Influence cenderung ingin suasana kerja yang ramai, dan ingin menjadi pusat perhatian
- Orang berprofil Steady cenderung ingin diterima dan tidak nyaman saat ada individu yang dikucilkan
- Orang berprofil Compliance cenderung ingin mengerjakan sesuatu yang sesuai aturan jelas
#3 Talent/ Bakat atau Kekuatan Alamiah
Salah satu tugas pemimpin adalah menempatkan orang yang tepat di posisi yang tepat (the right man on the right place). Tanpa mengetahui bakat atau kekuatan alamiah individu yang kita pimpin, kita bisa menciptakan hambatan atau bottleneck yang tidak perlu. Masalahnya: semahir apakah diri kita dalam membaca talenta seseorang?
Salah satu cara termudah adalah untuk mengenali hal-hal (atau tugas-tugas) apa yang membuatnya berhasrat? Dalam tugas apa ia seolah hilang dalam waktu? Bila seseorang memiliki bakat alamiah di area tertentu, ia cenderung menikmati pekerjaannya di area tersebut.
Namun hati-hati: tidak jarang pula business owner terjebak dalam delusi terkait hal ini – yakni saat Anda menilai seseorang memiliki bakat di area tertentu, karena di kantor Anda ia adalah satu-satunya orang yang mengerti hal tersebut. Bila Pak Karel adalah satu-satunya orang yang bisa mengutak-atik komputer di kantor, belum tentu komputer adalah kekuatan alamiahnya.
#4 Keys/ Hal-hal yang Penting bagi Kehidupannya
Memotivasi tim bisa jadi lebih mudah dilakukan bila Anda dan saya tahu apa yang penting bagi kehidupan orang yang kita pimpin. Sebagai contoh: bila seorang karyawan memang lebih “religius” dari karyawan lainnya, memahami hal tersebut akan membantu kita menggerakkannya untuk bekerja lebih baik. Anda bisa berbicara tengah kerja sebagai amanah dengannya.
Akan tetapi, bila Anda memahami bila seorang karyawan sangat memprioritaskan anak pertamanya, pastikan Anda mengingat nama anaknya tersebut saat berbincang-bincang dengannya. Hadiah kecil untuk sang anak sesekali juga bisa membuat karyawan tersebut merasa Anda memahaminya, dan membuatnya mendukung Anda lebih baik.
#5 Relation / Relasi yang Dimilikinya
Coba pahami relasi yang dimiliki oleh tim kita: apakah ia memiliki banyak teman, atau lingkungan kerja adalah satu-satunya relasi yang ia miliki? Di komunitas/area manakah ia memiliki relasi paling aktif? Misalnya: organisasi keagamaan, hobi, pelayanan sosial, dan sebagainya.
Memahami hal-hal tersebut bisa membantu Anda dalam memahami tingkatan stress individu tersebut misalnya. Dahulu, saat saya masih bekerja untuk orang lain, boss saya menyarankan saya memiliki kegiatan sosial di luar kantor agar tidak terlalu stress memikirkan masalah-masalah kantor.
Memahami relasi yang dimiliki tim kita juga akan membantu Anda menavigasikan motivasi sang individu dalam event management yang dilakukan kantor misalnya. Saat kami mencari panti asuhan untuk tempat kami berbagi kebahagiaan, seorang staff kami sangat berperan. Mengapa? Karena ia adalah salah seorang pengurus organisasi yang bekerja sama dengan panti asuhan tersebut.
#6 Influencer / Orang-orang yang Mempengaruhi Hidupnya
Tanpa disangka, seringkali keputusan dari tim kita terkait pekerjaan dan karirnya dipengaruhi oleh orang-orang di luar pekerjaannya. Sebagai contoh, ada karyawan yang sangat dipengaruhi oleh kakaknya dalam karir, atau oleh pacarnya. Ada juga karyawan yang sangat mengidolakan seorang tokoh, sehingga kehidupannya sangat terbentuk oleh prinsip-prinsip dari tokoh tersebut.
Yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah: apakah kita mengetahui siapa yang menjadi influencer dari tim kita? Ataukah kita mau puas dengan “anggukan” dan “ya” dari tim kita tersebut, lalu dikejutkan oleh keputusannya yang dipengaruhi oleh orang yang tidak kita bisa antisipasi sebelumnya?
#7 Context / Konteks
Bagaimana anggota tim kita tersebut menilai keadaan hidup dan karirnya saat ini? Maksudnya adalah apakah kita memahami bagaimana ia melihat pencapaian karirnya.
Sebagai contoh: karyawan A dan B yang sama-sama menduduki jabatan supervisor. Karyawan A bisa melihat bahwa karirnya masih jauh dari harapan karena konteksnya adalah ambisi menjadi General Manager. Sedangkan karyawan B melihat karirnya sudah melebih harapannya.
#8 Attitude
Apakah anggota tim kita positif atau negatif terhadap kehidupan? Optimis atau pesimis? John Maxwell berkata bahwa dalam merekrut tim, pastikan kita merekrut tim yang memiliki baterai motivasi internal sendiri.
Talk-It Over
Hampir jarang seorang individu dengan inisiatif menjelaskan siapa dirinya dan apa yang ia inginkan pada orang lain, apalagi pada atasannya. Itu sebabnya adalah sebuah tantangan yang baik, bila Anda dan saya bisa memahami individu-individu yang bekerja membantu kita – khususnya orang-orang yang berbakat dan Anda ingin pertahankan.
Untuk refleksi Anda pribadi:
- apa yang menyebabkan seorang pemilik bisnis tidak mencoba memahami anggota timnya?
- bagaimana cara Anda mendapatkan informasi/ pemahaman untuk delapan area di atas?