Mentalitas I Know

Menghadapi tantangan Mentalitas I Know dalam bisnis bisa menjadi langkah krusial untuk memperoleh kesuksesan yang berkelanjutan. Pelajari bagaimana mentalitas ini bisa menghambat perkembangan, dan bagaimana strategi belajar dan inovasi menjadi kunci utama untuk meraih kesuksesan dalam bisnis.

Share artikel ini, klik:

Salah satu perangai business owner yang paling saya hindari adalah Mentalitas I Know – yakni mereka yang merasa lebih tahu dan sudah tahu apa yang benar.

Sebagai Business Coach, saya menyesal melihat bagaimana hal ini secara negatif memengaruhi perkembangan bisnis dari banyak pemilik bisnis dan individu yang saya temui.

Mentalitas I Know dan Bisnis Mandek

Kita sedang menghadapi masa-masa yang menantang saat ini. Hal ini tidak bisa dipungkiri. Namun, hidup berubah ketika kita melihatnya dari sudut pandang yang berbeda.

Sayangnya, terlalu banyak pemilik bisnis yang mengaitkan kesuksesan atau kegagalan bisnis mereka secara langsung dengan kondisi ekonomi makro saat ini.

Mereka berargumen bahwa apa pun yang mereka lakukan tidak akan berpengaruh karena mereka merasa tidak memiliki kontrol atas hasil yang dihasilkan oleh bisnis mereka. Mereka meyakini bahwa kesuksesan bisnis mereka terkait langsung dengan kondisi ekonomi saat ini.

Apakah ini fakta atau hanya keyakinan? Sebenarnya, ini hanyalah sebuah keyakinan yang terlalu banyak pemilik bisnis telan begitu saja. Mereka telah memilih untuk menganggap keyakinan mereka sebagai fakta yang terbukti. Padahal, sebuah keyakinan sebenarnya hanyalah persepsi seseorang terhadap realitas.

Jadi bagaimana hal ini berkaitan dengan Mentalitas I Know?

Nah, sebagian besar business owner yang menyalahkan kondisi ekonomi saat ini adalah yang sudah merasa tahu segalanya. Tidak ada yang bisa mengajari mereka apapun.

Apa yang mentalitas I Know lakukan pada individu-individu ini? Ini menghambat pemikiran dan pola pikir mereka. Ini membatasi keyakinan mereka dan kemampuan mereka untuk berkreasi, yang pada akhirnya merusak kesuksesan bisnis mereka.

Tantangan terbesar yang saya lihat dari pengalaman saya adalah bahwa pemilik bisnis terjebak dalam kesedihan, kekhawatiran, juga denial dari diri mereka sendiri karena bisnis mereka sedang lesu atau bahkan merosot dengan cepat.

Mereka menghabiskan sepanjang hari mengeluh tentang ekonomi dan keadaan eksternal, padahal seharusnya mereka bertanya pada diri sendiri tentang dua hal:

  • Apa kontribusi saya sehingga keadaan ini terjadi?
  • Kesempatan apa yang tersedia dalam keadaan ini?

Kenyataannya, bisnis berubah. Orang masih membeli produk dan layanan, hanya saja mereka tidak membelinya dari Anda. Ada pebisnis di luar sana yang berhasil karena cepat belajar karena Mentalitas I Know mereka kosong. Mereka cepat beradaptasi dibanding mengeluh. Mereka cepat bertindak dibanding membuat alasan. Mereka cepat menyadari kontribusi mereka terhadap chaos dalam bisnis mereka, dibanding menyangkali keadaan.

Bila ada pelajaran penting yang keadaan ekonomi Indonesia dan dunia ajarkan kepada saya akhir-akhir adalah bahwa apa yang membuat bisnis saya sukses di masa lalu tidak akan membuatnya sukses sekarang.

Duduk diam dan menunggu customer datang tidak akan terjadi. Memiliki modal yang besar atau aset yang banyak tidak membuat bisnis Anda terlihat bonafid dan dipercaya kualitasnya. Namun memahami cara bisnis evolving atau berevolusi, mengikuti prinsip bisnis yang sejati dan bukan hanya dari Instagram Story maupun Tiktok, itu yang bisa membuat bisnis Anda mewujudkan potensinya.

Jadi, sekaranglah saatnya untuk berkreasi, membedakan produk atau layanan Anda, dan mengeksplorasi peluang baru untuk membuat bisnis Anda berhasil.

Keadaan masa ini bukan untuk pemilik bisnis yang malas maupun mereka yang pongah* karena merasa nyaman dengan keadaan.

Terkait kepongahan, Dunning Kruger Effect menjelaskan bias kognitif dimana individu dengan pengetahuan terbatas kerap kali memiliki kepercayaan diri yang berlebihan.

Ekonomi ini untuk pemilik bisnis yang kreatif dan terbuka pikiran yang antusias dengan apa yang mereka tawarkan. Ini untuk pemilik bisnis yang bertekad untuk membuat bisnis mereka sukses terlepas dari tantangan apa pun yang harus mereka hadapi.

Ini adalah waktu bagi pemilik bisnis yang mengosongkan mentalitas I Know. Ini adalah waktu bagi pemilik bisnis yang menyadari bahwa mereka tidak tahu segalanya dan berkomitmen untuk belajar memahami prinsip bisnis yang sangat luas – sehingga bisa mengembangkan keterampilan baru, serta berkomitmen 100% untuk mengembangkan cara baru bagi bisnis mereka untuk mencapai kesuksesan.

Penutup

Jika keadaan ekonomi bukanlah masalah bagi pemilik bisnis yang memiliki mentalitas I Know, apa masalahnya?

Ketidakmampuan untuk berkomitmen pada pembelajaran adalah masalahnya. Hal ini bermasalah karena pemilik bisnis jadi sukar mengembangkan kapasitas dirinya.

Banyak keadaan kurang baik terjadi dalam bisnis bukan karena kekurangan modal, lokasi kurang strategis atau kompetitor. Akan tetapi, kebanyakan terjadi karena pimpinan pucuk mengambil keputusan dengan prinsip yang keliru. Itu seumpama ada orang yang merasa sakit gigi, namun memutuskan bahwa solusinya adalah berderma ke panti asuhan karena memegang prinsip kebaikan yang Anda berikan akan selalu kembali pada Anda.

Bila Anda merasa orang dalam contoh tersebut konyol, itulah dampak dari Mentalitas I Know. Itu sebabnya saya menuliskan artikel tentang Memahami Konsep Komersil dalam Bisnis, karena tidak jarang pebisnis stagnan karena memperlakukan bisnis mereka sebagai yayasan sosial bagi karyawan-karyawan yang tidak serius bekerja.

Menjadi baik hati dan memberikan kesempatan kepada individu yang bekerja pada Anda adalah hal yang baik. Namun Anda perlu memahami prinsip ini: bisnis perlu bersifat komersil.

Memberikan kesempatan berulang dalam jangka panjang kepada karyawan yang “bukan the right man for the job” tidak bisa dilakukan dalam konteks perusahaan. Mungkin cocok untuk konteks organisasi keagamaan, keluarga atau yayasan sosial – namun tidak untuk bisnis. Pemilik bisnis yang bijak perlu bisa membedakan keduanya.

Mengambil contoh kutipan di atas, banyak pebisnis akhirnya menyadari bahwa memberi kesempatan berulang-ulang kepada seorang karyawan yang tidak cocok bekerja sebenarnya berdampak negatif bagi perusahaan:

  • Dari sisi biaya: pengeluaran operasional dan gaji yang tidak impas dengan hasil.
  • Dari sisi teamwork: merusak dinamika tim. Ketidakcocokan tersebut bisa mengganggu kolaborasi dan komunikasi antar anggota tim, bahkan dapat menimbulkan ketegangan di antara mereka.
  • Dari sisi leadership: mencerminkan kelemahan dalam kepemimpinan; mengirimkan pesan yang salah kepada tim, bahwa standar kinerja tidak penting atau bahwa konsekuensi tidak ada
  • Dari sisi SDM: demoralisasi karyawan yang berkinerja baik; meninggalkan perusahaan untuk mencari lingkungan kerja yang lebih profesional dan mendukung.
  • Dari sisi produktivitas: kehilangan karyawan berkinerja tinggi dapat mengganggu produktivitas

Jadi tidak sesederhana yang banyak pebisnis dengan prinsip non-bisnis bayangkan. Bila saja mereka mau mendengar dan bukan sekedar mau membayar biaya coaching, banyak hasil bisnis yang bisa berbeda dan positif.

Blok bangunan kunci ini lah yang membedakan pemilik bisnis sukses yang mencari bimbingan dan pemilik bisnis yang merasa sudah tahu segalanya. Dan itu yang membedakan antara business owner yang bisa dicoaching dari yang tidak.

Renungan dari Dr John Maxwell

You must have a teachable spirit. If you don’t, you will come to the end of your potential long before you come to the end of your life. If you want to be successful tomorrow, then you must be teachable today

Kamu harus memiliki hati yang mau belajar. Jika tidak, kamu akan mencapai batas potensimu jauh sebelum mencapai akhir hidupmu. Jika kamu ingin sukses besok, maka kamu harus mau belajar hari ini.


Hubungi Coach Danny sekarang untuk bantuan lebih lanjut dalam mengembangkan bisnis Anda!

Share artikel ini, klik: