Lampu dapur saya putus! Ketika mengetahuinya, saya langsung mengambil tangga dan lampu baru, dan dengan mudah saya mengganti lampu dapur itu seorang diri. Setelah merapikan tangga, dan kembali mempersiapkan artikel ini, ada satu kalimat yang muncul di pikiran saya:
[callout]Untuk mengganti lampu di dapur, kita tidak perlu seseorang untuk memegangi tangga yang kita naiki. Namun semakin tinggi kita menanjak, kita akan membutuhkan seorang pemegang tangga[/callout]
Di tahap-tahap awal kepemimpinan kita, saat yang kita pimpin hanya satu-dua orang, mungkin Anda belum benar-benar membutuhkan peranan pemegang tangga. Namun saat organisasi Anda sudah berkembang menjadi cabang di seluruh provinsi, dan memimpin lebih dari ratusan kepala cabang, tangga yang sedang Anda naiki jauh lebih tinggi – dan peranan para pemegang tangga menjadi sangat penting.
Yang menjadi pertanyaan bagi saya adalah: siapakah pemegang tangga itu?
Apakah personal assistant kita adalah sang pemegang tangga? Ataukah ada posisi lain yang sebenarnya hadir untuk memegang tangga? Tom Peters, penulis best selling book In Search of Excellence, menyatakan sebuah kebenaran: “Leaders don’t create followers, they create more leaders.”
Pemimpin tidak menciptakan pengikut, mereka menciptakan lebih banyak pemimpin. Beranjak dari pemahaman tersebut, menurut saya: dalam kepemimpinan Anda di organisasi, pemegang tangga di mana Anda sedang menanjak dan menyelesaikan ‘hal-hal besar di atas’ bukanlah personal assistant Anda; pemegang tangga Anda adalah para pemimpin di bawah supervisi Anda.
[callout]”… pemegang tangga Anda adalah para pemimpin di bawah supervisi Anda.”[/callout]
Dan dalam kepemimpinan Anda, keputusan terpenting yang Anda akan buat adalah memilih pemegang-pemegang tangga tersebut.
Adakah yang memegangi tangga Anda?
Bila saat ini Anda merasa belum ada yang memegangi tangga Anda – sehingga Anda sibuk untuk “menjaga keseimbangan” saat berada di atas, dan sibuk “turun naik karena ada hal-hal yang lupa Anda bawa” – mulailah mencari dan melatih pemegang tangga tersebut.
Sementara itu, bila Anda merasa Anda sudah memiliki pemegang tangga, cobalah cek orang seperti apa yang tengah memegangi tangga yang sedang Anda naiki:
- Apakah Anda harus terus menerus mengingatkan mereka untuk tugas dan tanggung jawab mereka?
- Apakah mereka mengetahui tujuan Anda di atas sana sehingga mereka memegangi tangga Anda dengan perencanaan yang baik?
- Apakah mereka memegangi tangga dengan mata tertuju pada bagaimana berantisipasi pada kebutuhan Anda, atau mata mereka belanja ke kanan dan ke kiri karena bosan atau mencari kesempatan lain?
- Serta apakah mereka memegangi tangga Anda dengan kokoh atau tangan mereka hanya terlihat ‘menyentuh’ namun sebenarnya tanpa tenaga sama sekali?
Karakter pemegang tangga yang efektif
Menurut saya, ada tiga karakter pemegang tangga yang efektif.
Pertama, mereka harus kuat.
Kuat di sini bisa berarti dua hal: kuat secara fisik dan kuat secara keahlian.
Tidak ada gunanya kita memilih pemimpin di bawah kita, untuk membantu kita membangun organisasi, bila mereka sakit-sakitan sehingga tidak bisa partisipasi 100% dalam pekerjaan mereka.
Pemegang tangga juga harus kuat secara keahlian. Bila pemegang tangga tidak mengenali kekuatan mereka, bisa jadi mereka melakukan tugas mereka dengan bayang-bayang menjadi orang lain – dan itu akan membahayakan Anda yang sedang berada di atas tangga yang mereka pegangi.
Sander Flaum, pendiri Fordham Graduate School of Business, menuliskan bahwa kita perlu membantu pemimpin-pemimpin di bawah kita mengenali kekuatan mereka dan memberikan mereka kesempatan untuk menggunakannya.
Salah satu buku yang saya rekomendasikan untuk menganalisa kekuatan pemegang tangga Anda adalah buku StrengthFinder 2.0 yang ditulis oleh Tom Rath. Buku tersebut akan membantu Anda mengenali lima kekuatan utama para pemegang tangga Anda dari 34 kekuatan yang ada melalui tes yang mereka perlu jalani secara online.
Kedua, mereka perlu memperhatikan.
Tidak ada salahnya kalau pemegang tangga Anda hanya melakukan tugas memegangi tangga, namun saya yakin Anda akan lebih suka bila mereka bisa memperhatikan apa yang Anda butuhkan di atas sana. Adalah satu kebahagiaan dan kebanggaan saya, ketika dalam rapat akhir tahun yang menentukan, saya mendapati seorang pemimpin di bawah saya sudah mempersiapkan data yang ‘ternyata’ saya perlukan, dan dia melakukannya karena memperhatikan. Pemimpin di bawah saya ternyata memperhatikan!
Ketiga, mereka perlu didapati setia.
Orang yang setia memang mungkin sudah jarang ditemui di dunia saat ini, namun Anda pasti mau orang-orang yang setia untuk memegangi tangga Anda.
Orang yang setia bukanlah orang yang sekedar bertahun-tahun setia mengikuti Anda. Namun, setia yang saya maksudkan di butir ketiga ini adalah “faithful” – mereka setia karena mereka have faith in your purpose.[callout]Setia berarti ‘faithful’ – have faith in your purpose. Dengan kata lain, ia percaya pada tujuan Anda.[/callout]
Permasalahannya adalah apakah Anda telah mengkomunikasikan tujuan organisasi yang Anda pimpin, sehingga mereka bisa percaya akan tujuan Anda? Bila pemegang tangga Anda ‘faithful’, mereka bukan hanya sekedar terus mengikuti Anda, mereka akan produktif karena tahu mereka bekerja untuk sebuah tujuan.
Pemegang tangga perlu dilatih
Kebanyakan dari Anda mungkin kecewa dengan pemegang tangga Anda saat ini karena mereka tidak secemerlang resume yang mereka tunjukkan saat melamar, atau saat dipromosikan. Namun, sebagai pemimpin kita perlu menyadari lokasi tangga Anda saat ini.
Para pemegang tangga tersebut mungkin sudah terbiasa sehingga bisa – untuk memegangi tangga di lantai yang datar. Namun bisa jadi organisasi yang Anda pimpin, tengah bertujuan untuk ‘memasang’ prestasi di zona yang terjal, sehingga kemampuan pemegang tangga Anda harus diasah untuk kebutuhan yang terkini.
Pertanyaan saya untuk Anda: kapan terakhir kali Anda ‘melatih’ para pemimpin di bawah Anda?
Dalam pengalaman saya, pelatihan inhouse cenderung lebih bermanfaat daripada kita mengirim orang ke seminar-seminar atau workshop luar – khususnya bila Anda dapat berkomunikasi tentang kebutuhan Anda dan organisasi saat ini kepada sang trainer atau pembicara.
Melatih pemegang tangga menjadi penaik tangga
Di awal, kita membaca kutipan dari Tom Peters mengenai pemimpin menghasilkan pemimpin. Dan dalam tangga organisasi, terkadang kita sudah sampai di puncak dan kita perlu orang-orang lain ikut sampai di puncak pula.
Tujuannya adalah agar kita bisa membangun fondasi baru sehingga kemudian ‘puncak’ menjadi ‘dasar’ dan kita bisa menargetkan ‘puncak’ baru yang akan kita tempuh.
Dalam hal tersebut, kita perlu memperhatikan tiga hal: self-security, skill formation, dan strategic formation dari pemegang tangga.
Self-security menanyakan apakah orang yang kita mau promosikan dari ‘pemegang tangga’ menjadi ‘penaik tangga’ memiliki kesadaran akan impiannya akan organisasi?
Ataukah dia masih tidak percaya bahkan pada dirinya sendiri? Apakah dia setuju dengan tujuan organisasi, ataukah dia adalah orang yang mengeluh di belakang? Hal-hal tersebut penting karena saat dia menjadi ‘penaik tangga’, dia akan diperhatikan banyak orang dan apa yang dia lakukan dijadikan panutan dari pemegang tangganya.
Calon penaik tangga perlu memiliki formasi skill yang tepat.
Apakah dia membantu kolega-koleganya, ataukah dia hanya peduli pada diri dan jabatannya sendiri? Ketika menjadi penaik tangga, dia akan bekerja lebih strategis untuk kepentingan organisasi dan orang-orang di dalamnya – baik dia menyukai orang itu atau tidak. Apakah dia mau melakukan delegasi, ataukah dia lebih suka turun naik tangga sendirian untuk mendapatkan hal-hal yang dia butuhkan di atas? Apakah dia mampu berkomunikasi dengan baik, ataukah dia hanya bisa naik tapi tidak bisa bercerita tentang apa yang ada di atas kepada yang sedang ada di bawah?
Secara strategis¸ calon penaik tangga perlu memiliki rencana untuk membangun pemegang tangga yang lain, memperlengkapi orang lain untuk perkembangan organisasi.
Hal itu dapat dilakukan dengan melatih dirinya untuk bisa melihat kekuatan orang lain, melatiha dirinya untuk membuat orang melihat kekuatannya sendiri, serta melatih dirinya untuk bisa mendorong orang mengembangkan kekuatannya.
Penutup: di manakah Anda meletakkan tangga Anda?
Tragedi terbesar dalam kepemimpinan Anda adalah untuk menanjak ke puncak dan menemukan bahwa tangga Anda ternyata pada dinding yang keliru! Itu sebabnya Anda membutuhkan para pemimpin di bawah Anda yang – bukan hanya cerdas, namun berani memberi masukan yang sebenarnya.
Sama seperti pada saat kita memasang pigura atau jam dinding, kita perlu orang lain untuk memberitahu kita apakah pigura atau jam itu miring, demikian pula kita membutuhkan masukan yang jelas untuk penempatan tangga.
Untuk hal itu, sebagai seorang pemimpin organisasi, saya sarankan Anda empat permenungan ini:
- kemanakah Anda mau menuju?
- mengapakah Anda ada di atas tangga saat ini?
- alat-alat apakah yang Anda butuhkan di “atas sana” – Anda tidak bisa terus sibuk naik turun?
- kapankah Anda perlu terus naik, diam di sebuah anak tangga, atau turun ke bawah untuk membuat penyesuaian dan kembali naik?