Apakah Anda Mengasihi Tim Anda?

Pemimpin yang peduli cenderung menghasilkan tim yang lebih produktif. Namun apakah yang menghambat pemimpin dari mempedulikan timnya? Baca lebih lanjut dalam artikel ini.

Share artikel ini, klik:

[youtube id=”altzrUn_8lg”]

Salah satu lagu yang paling banyak dibuat soundtrack film adalah lagu di atas, khususnya untuk film-film romantis. Liriknya mudah diingat namun memiliki makna yang dalam: dunia ini membutuhkan lebih banyak kasih.

Beberapa minggu lalu – saya dapat pelajaran berharga dari istri saya tentang ini: dia mengeluh bahwa saya kurang mengasihi dia.

Sama seperti kebanyakan pria, saya pun bingung mengapa dia mengeluh demikian, toh saya tidak merasa ada yang berubah dalam diri saya. Namun, ternyata saya memang kurang mengasihi – yang terwujud dalam ketidaksediaan saya mendengarkan keluhan-keluhannya.

Bagaimana bila hal serupa terjadi dengan Anda dan tim yang Anda pimpin? Bagaimana bila kinerja mereka yang menurun saat ini terkait dengan ketidakefektifan Anda mendengarkan keluhan mereka? Bagaimana bila yang dibutuhkan tim Anda adalah pemimpin yang peduli?

[shareable cite=”Peter Senge”]Love is a commitment to someone else’s growth and development.[/shareable]

Apa yang menjadi penghambat utama bagi seorang pemimpin untuk bisa mengasihi tim-nya?

Apa yang membuat seorang pemimpin urung mendengarkan keluhan? Apa yang membuat seorang pemimpin mendegradasi pengaruhnya sendiri (tanpa disadari): dari seorang pemimpin menjadi seorang ‘atasan’ belaka?

Jawabannya adalah:

INSECURITY atau KETIDAKPERCAYAAN DIRI.

 

Insecurity, ketidakpercayaan diri seorang pemimpin membuatnya menjadi:

Meragukan kompetensi diri sendiri.

Hal ini membuat seorang pemimpin menjadi workaholic, inside-focused, karena berusaha membuktikan bahwa beliau memang cocok untuk posisi itu. Ada perbedaan tipis antara being insecure dan being responsible – namun argumen saya: being insecure didasari dengan pemikiran “apa-apa saja yang belum saya punya/buktikan”.

Bermain aman.

Cara teraman dalam bekerja/ berbisnis adalah “cara saya”. Dan seorang pemimpin yang insecure cenderung menutup pintu untuk inovasi dan kreatifitas. Anda bisa mendeteksi gejala ‘I know’ (saya sudah tahu) pada diri pemimpin yang bermain aman: ia merasa lebih tahu sehingga menutup pintu untuk cara-cara lain yang bisa jadi lebih relevan untuk bisnisnya di masa kini.

Tukang kritik yang tidak adil.

Ini karena tim saya tidak becus’, ‘ini karena partner saya tidak serius mendukung’, ‘ini karena ini dan itu’. Saat dihadapkan dengan kegagalan, seorang pemimpin yang insecure cenderung memainkan below the line game: menyalahkan, membuat alasan dan menyangkal masalah.

Mudah berkecil hati.

Ketidakpercayaan diri akan membuat seorang raksasa melihat dirinya sekecil belalang. Ketidakpercayaan diri membuat seorang yang penuh dengan potensi menjadi ‘mandul’ akan produktivitasnya – karena dia sibuk kuatir, sibuk mengawasi kompetitor (baik internal maupun eksternal) dan kehilangan fokus tanggung jawab yang sesungguhnya.

Defensif dan sukar menerima masukan.

Insecurity membuat seorang pemimpin sukar mempercayai orang lain (termasuk mempercayai mitra dan tim sendiri). Ia cenderung curiga akan maksud tersembunyi dari masukan paling tulus sekali pun. Dan pemimpin yang insecure kuatir mendapatkan masukan yang keliru sehingga akhirnya lebih memilih menggunakan strategi masa lalu untuk berperang di masa kini.

Mengkompromikan nilai-nilai hidupnya.

Semakin insecure seorang pemimpin, semakin beliau getol membandingkan diri dengan orang lain. Semakin getol beliau membandingkan diri dengan orang lain, semakin dekat beliau dengan kemungkinan melakukan kompromi akan hal-hal yang tidak pernah beliau pikirkan akan lakukan. Keinginan untuk membuktikan diri sendiri di tahap tertentu akan membuat seseorang sangat dominan dan menghalalkan semua cara.

 

Business leaders, dari pengalaman saya melatih para pemilik bisnis, saya menemukan bahwa kepemimpinan yang insecure adalah musuh terbesar kedua setelah faktor eksternal yang menghambat bisnis. Langkah pertama mengatasinya adalah untuk mengenali bilamana kita terjangkit virus insecurity tersebut.

Dalam artikel berikutnya, Anda bisa membaca mengenai tiga saran sederhana untuk mengisolasi insecurity dari menghambat kepemimpinan dan bisnis Anda.

Baca juga: 3 Cara Mengisolasi Ketidakpercayaan Diri.

Selamat percaya diri!

Talk-It Over

  1. Peter Senge mengatakan bahwa kasih adalah komitmen terhadap pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Dengan kata lain, bila seorang pemimpin mengasihi timnya, ia berkomitmen untuk menumbuhkan dan mengembangkan timnya tersebut. Dari skala 0-10, seberapa setuju Anda dengan pernyataan Peter Senge? Mengapa?
  2. Coach Danny memaparkan enam ciri-ciri pemimpin yang kurang percaya diri. Bila Anda berkenan mengevaluasi diri sendiri, yang manakah yang terkadang menjangkiti Anda? Apa rencana Anda untuk mengatasinya?

[callout]Artikel ini adalah bagian dari I-Leadership: Inovasi dalam Menghadapi Ketidakpercayaan Diri yang ditulis oleh Coach Danny Wira Dharma untuk Managers’ Scope edisi Februari 2014.[/callout]

Ide-Bisnis.com

 

Share artikel ini, klik: