Cara Memberikan Feedback yang Efektif kepada Karyawan

Feedback yang efektif adalah cara mengembangkan karyawan dengan baik. Bagaimana cara memberikan feedback yang efektif pada karyawan? Baca caranya dalam artikel ini.

Share artikel ini, klik:

Feedback yang efektif adalah cara mengembangkan karyawan dengan baik. Bagaimana cara memberikan feedback yang efektif pada karyawan? Baca caranya dalam artikel ini:

Kisah memberikan feedback di layanan ojol

“Pak, ingat beri bintang lima ya”

Photo Gojek by Indonesiaexpat
Photo: https://indonesiaexpat.biz

Itu pesan Bapak Ojol (ojek online) setelah mengantar saya sampai tujuan. Kita yang pernah menggunakan jasa ojol – baik itu Gojek atau Grab, pasti pernah mendengar pesan tersebut. Pemberian bintang lima adalah strategi insentif yang diberikan pemilik aplikasi (Gojek/ Grab) kepada para mitra mereka, misalnya: bisa mengumpulkan 5 orderan berbintang lima berarti mendapat tambahan bonus Rp 40,000.

Saya pernah bertengkar dengan istri saat mau memberikan bintang tiga kepada ojol yang merepotkan. Bayangkan, saat itu kami memesan makanan dan Bapak Ojol-nya mengantarkan terlambat 30 menit dari perkiraan. Kami melihat di peta aplikasi bahwa si Bapak Ojol telah meninggalkan restoran yang jaraknya kurang dari 2 km tapi tidak kunjung sampai.

Ah, mungkin saya terlalu lapar sehingga mau memberikan bintang tiga dan bukannya bintang lima. Namun di benak saya, rating bintang itu adalah sebuah umpan balik /feedback – bukan soal insentif. Sedangkan istri saya mengatakan, kasihan rejeki orang kalau sampai gara-gara kita memberikan umpan balik, orang tersebut jadi tidak mendapatkan insentif.

Bagaimana menurut Anda, pembaca Ide-Bisnis.com? Apa setuju dengan saya atau istri saya?

Yang pasti istri saya kemudian menemukan dirinya di sebuah mobil driver online dimana supirnya tidak pakai masker, bertato, berkuku panjang dan kotor serta menyetir ugal-ugalan. Saya bertanya, “kamu kasih bintang berapa?” “Bintang lima, karena takut kalau bapaknya marah ke rumah kita” – jawabnya.

Serba salah ya hidup seperti ini.

Hakikat Feedback

Banyak di antara kita keliru memahami arti dari feedback atau umpan balik. Feedback terlalu sering disalahartikan sebagai keluhan atau omelan. Bahkan saat saya bekerja di perusahaan orang lain dulu, setiap boss saya berkata, “saya mau memberikan feedback” – kami langsung paham bahwa kami akan dimarahi.

Feedback, sebenarnya adalah alat untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan/atau karyawan dalam perusahaan kita. Dengan feedback, kita bisa memahami bagaimana bisa membuat pelanggan lebih senang dengan produk atau jasa kita. Dengan feedback, kita juga bisa menjaga karyawan-karyawan terbaik kita merasakan pendapat mereka dihargai.

Feedback adalah sebuah hadiah, yang membuat kita memahami kekurangan dan memperbaikinya selagi ada waktu.

COACH DANNY

Mitos Keliru saat Memberikan Feedback

Kenyataannya, apa yang saya alami dengan istri terkait layanan Ojol juga terjadi di perusahaan-perusahaan Anda.

Banyak professional yang tidak berani memberikan feedback kepada perusahaan karena tidak mau mengganggu “rejeki orang lain”. Banyak karyawan yang tutup mulut terkait cara kerja buruk rekan kerjanya karena kuatir rekannya itu ditegur atau bahkan dipecat. Rasa kasihan menyebabkan kita melecehkan (abuse) hakikat feedback itu sendiri. Ini mirip dengan memberikan bintang lima agar Bapak Ojol tetap mendapat insentif – walau kinerjanya buruk.

Tidak sedikit juga professional yang menghindari memberikan feedback karena takut diserang balik oleh orang yang menerima feedback. Itu sebabnya dalam rapat-rapat evaluasi bisnis, manager-manager Anda tidak berani berpendapat tentang divisi lainnya walaupun kinerja divisi tersebut menganggu kelancaran divisinya. Ini mirip dengan memberikan bintang lima agar Bapak Ojol tidak mengancam rumah kita bila diskors karena kinerja buruknya.

Cara memberikan feedback yang efektif menurut Dr John C Maxwell

Saya suka dengan apa yang dikatakan oleh Dr John Maxwell terkait dengan feedback: kita perlu menyeimbangkan antara keramahan dengan feedback.

Hargai perasaan atau potensi?

Keramahan menghargai perasaan orangnya, namun feedback menghargai potensi orang tersebut. Tidak memberikan feedback berarti Anda menjaga perasaan karyawan Anda. Tetapi itu juga berarti Anda tidak menghargai potensinya. Bisa jadi dengan feedback dari Anda, karyawan tersebut bisa memanfaatkan potensinya dengan lebih nyata.

Memulai relasi atau membangun relasi?

Keramahan memulai relasi Anda dengan orang tersebut, namun feedback membangun relasinya. Keramahan Anda bisa membuat orang nyaman dan memiliki relasi dengan Anda, namun mencoba membangun relasi hanya dengan basa-basi pastilah tidak berhasil. Relasi yang lebih efektif dibangun saat Anda memiliki pekerjaan bersama dan diisi dengan feedback yang jujur satu sama lainnya.

Menjelaskan sifat atau tujuan?

Keramahan mendefinisikan sifat Anda, namun feedback mengarahkan tujuan Anda. Hubungan yang baik ditentukan oleh bagaimana Anda bersikap baik satu sama lain. Akan tetapi, bersikap baik satu sama lain tidak berarti bahwa Anda dan orang tersebut akan menempuh tujuan yang sama dan menghasilkan.

Tips Memberikan Feedback pada Karyawan

Memberikan feedback itu mirip dengan tombol “undo” di Microsoft Word. Anda bisa kembali ke awal untuk mengkoreksi kesalahan, tetapi ada masa kadaluarsanya. Lewat dari waktu tertentu, Anda tidak bisa lagi melakukan “undo” dan harus berpuas dengan kondisi yang ada.

Dengan feedback, Anda bisa mengkoreksi karyawan Anda dengan baik, sebelum kesalahan atau sifat buruknya menjadi fosil atau membatu. Beberapa hal berikut bisa membantu Anda dalam memberikan feedback secara efektif:

  • Lakukan dengan cepat – berikan feedback saat masalahnya masih kecil.
  • Lakukan dengan tenang – jangan pernah memberikan feedback saat sedang marah. Ingatlah, saat emosi Anda sedang tinggi, kebijaksanaan Anda sedang rendah-rendahnya.
  • Lakukan dengan personal ¬– tujuan Anda adalah membantu orang tersebut menjadi lebih baik, bukan mempermalukannya di depan orang lain.

Mengembangkan karyawan adalah salah satu peranan kita sebagai pemimpin, dan feedback adalah salah satu alat untuk melakukannya. Bila tujuan Anda adalah untuk membantu karyawan, membangun tim dan mencapai visi perusahaan, memberikan feedback adalah sebuah budaya yang perlu Anda biasakan.

Bukan feedback karena insentif, atau karena kuatir diserang balik.

Namun feedback karena mau membangun perusahaan yang lebih baik.
Itulah bintang lima yang sesungguhnya.

Selamat memberikan feedback!

MS 08 2020 - featured image

Sumber:
Managers’ Scope edisi Agustus 2020

Download pdfnya di sini.

Bantu like dan rekomendasikan artikel ini pada teman dan kerabat.

Share artikel ini, klik: